when unsucceed talks about success

Sabtu, 03 Maret 2012

berani?


Pada waktu itu, sekitar jam 3 sore lebih 32 menit, Pooh dan Piglet berjalan menyusuri jalan setapak hutan. Saat itu cuaca memang sedang galau, langit mendung, tapi tak kunjung turun hujan. Ibarat pacar yang tak kunjung melamar. Pacaran tak kunjung nikahan, entah kalo kawinan.

Namun di tengah perjalanan, kira-kira 2 km lagi Pooh dan Piglet akan sampai di tujuan, tiba-tiba langit memecahkan kegalauan bumi. Seperti cowok yang melamar pacarnya dengan sejuta kejutan, langit mendadak menurunkan air hujan secara membabi buta. Btw, babi di sini tidak memelihara monyet di pundaknya.

Langit benar-benar memberi kejutan saat itu. Petir menyambar pertanda gusar. Angin dengan begitu nafsunya memperkosa pepohonan, hingga telanjang dari daun dan dahan. Jalan setapak yang dilalui Pooh dan Piglet pun dipenuhi patahan ranting, dahan, dan dedaunan.

Piglet tiarap, berteriak menangisi keadaan. Begitu takutnya dia, tak berani meneruskan perjalanan, bahkan sekedar memandang jalan. Dia bilang, "Pooh, aku takut. Kita berhenti di sini saja".
Pooh menjawab, "Apa yang kau takutkan? Kita akan baik- baik saja. Lagipula ini sudah tinggal 13,67% perjalanan. Kita tidak boleh berhenti hanya karena badai ini."
"Tapi aku takut! Lihat jalannan di depan, pohon-pohon hampir tumbang. Aku khawatir, kalau kita tetap berjalan, akan ada banyak pohon yang tumbang menutup jalan, atau bahkan menimpa kita.", jawab Piglet lagi.
Lalu Pooh dengan polosnya berkata, "Tapi bagaimana jika semua itu tidak terjadi?"

Tentu saja, jika hal-hal yang ditakutkan Piglet tidak terjadi, mereka akan sampai di tujuan. Iya kan?

Begitulah, kita adalah Piglet versi nyata. Sering kita terlalu mengkawatirkan hal-hal negatif yang mungkin terjadi di masa depan. Hingga kita takut untuk melakukan sesuatu, takut melangkah, takut maju. Seperti Piglet, kadang kita terlalu pesimis. Dominasi pemikiran negatif jauh lebih besar daripada sisi pisitifnya.

Kini, cobalah untuk berpikir terbalik. Dari "bagaimana jika ini dan anu terjadi?" menjadi "bagaimana jika anu tidak terjadi?", atau "bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya?".
Sederhana saja, sebenarnya rasa takut hanyalah asumsi bahwa hal buruk (mungkin) akan terjadi. Ya, itu benar, memang selalu ada kemungkinan. Maka, cara paling masuk akal untuk mengenyahkan rasa takut adalah dengan memutarbalikkan pemikiran, dari negatif kepada anti-negatif. Atau untuk lebih baiknya, pikiran yang positif. Inilah yang disebut berani, yaitu asumsi bahwa something better akan terjadi.

Jadi marilah, kita mulai mengaktifkan tombol berani kita. Dengan mematikan tombol takut kita. Seperti yang saya lakukan, asumsikan bahwa kita akan selalu baik-baik saja.

Mari optimis!
Berani?

-kury yusuf-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kury Yusuf Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger